Semikonduktor
adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara isolator
dan konduktor. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai isolator pada temperatur
yang sangat rendah, namun pada temperatur tinggi bersifat sebagai konduktor.
Bahan semi konduktor yang sering digunakan adalah silikon, germanium, dan
galium arsenide. Semikonduktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat
bersifat sebagai konduktor dan dapat pula bersifat sebagai isolator. Pada suhu
kamar, semikonduktor dapat bersifat sebagai penghantar arus listrik. Semakin
besar suhu, maka akan semakin bagus pula sifatnya sebagai bahan konduktor. Hal
ini disebabkan karena ketika suhu atau temperatur dinaikkan maka jarak antar
pita valensi dan pita konduksi (band gab) akan semakin kecil, sehingga makin
banyak elektron yang berpindah dari pita valensi ke pita konduksi. (http://ariefcute.blogspot.com/2008/05/sifat-dasar-bahan-semikonduktor-bahan.html
).
A.
Struktur
Bahan Semi-konduktor
Bahan semikonduktor murni akan menjadi isolator pada
suhu mutlak ( -273°C ), hal ini dikarenakan elektron valensi terikat erat pada
tempatnya. Elektron valensi adalah elektron-elektron yang terletak di kulit
terluar sebuah unsur.
Susunan elektron pada beberapa atom:
Nama Unsur
|
Lingkar Orbit ( K L M N )
|
Jumlah Elektron
|
Elektron Valensi
|
boron
|
2 3
|
5
|
3
|
alumunium
|
2 8 3
|
13
|
3
|
silikon
|
2 8 4
|
14
|
4
|
fosfor
|
2 8 5
|
15
|
5
|
galium
|
2 8 18 3
|
31
|
3
|
germanium
|
2 8 18 4
|
32
|
4
|
arsenikum
|
2 8 18 5
|
33
|
5
|
indium
|
2 8 18 18 3
|
49
|
3
|
antimon
|
2 8 18 18 5
|
51
|
5
|
barium
|
2 8 18 18 8 2
|
56
|
2
|
Silikon dan
Germanium adalah bahan semikonduktor yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan komponen elektronika. Silikon lebih banyak digunakan daripada
Gemanium karena sifatnya yang lebih stabil pada suhu tinggi. Silikon adalah
material dengan struktur pita energi tidak langsung ( indirect bandgab ), di
mana nilai minimum dari pita konduksi dan nilai maksimum dari pita valensi
tidak bertemu pada satu harga momentum yang sama. Ini berarti agar terjadi
eksitasi dan rekombinasi dari pembawa muatan diperlukan perubahan yang besar
pada nilai momentumnya atau dapat dikatakan dibutuhkan bantuan sebuah partikel
dengan momentum yang cukup (seperti phonon) untuk mengkonservasi momentum pada
semua proses transisi. Dengan kata lain, silikon sulit memancarkan cahaya.
Sifat ini menyebabkan silikon tidak layak digunakan sebagai piranti fotonik / optoelektronik.
(http://situsresmierzadiego.blogspot.com/2012/01/teori-semikonduktor.html).
B. Sifat Konduktor, Isolator, Dan Semikonduktor Pada
Pembuatan Komponen Elektronika
Konduktor adalah bahan yang konduktivitasnya tinggi
sehingga dapat mengalirkan listrik dengan baik. Konduktor sering disebut dengan
penghantar karena dapat menghantarkan arus listrik. Contoh, tembaga, seng,
alumunium, baja, dsb. Isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan
listrik karena konduktivitasnya rendah. Contoh, plastik, kayu kering, karet,
kain, dll.
Semikonduktor adalah bahan yang terletak di antara konduktor dan isolator.
Contoh, silikon, germanium, antimon, dll.
Sifat bahan, baik konduktor, isolator, maupun semikonduktor terletak pada
struktur jalur atau pita energi atom-atomnya. Pita energi adalah kelompok
tingkat energi elektron dalam kristal. Sifat-sifat kelistrikan sebuah kristal
tergantung pada struktur pita energi dan cara elektron menempati pita energi
tersebut. Pita energi dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Jalur
Valensi ( Pita Valensi )
Penyebab terbentuknya jalur valensi
adalah adanya ikatan atom-atom yang membangun kristal. Pada jalur ini elektron
dapat lepas dari ikatan atomnya jika mendapat energi.
2. Jalur Konduksi ( Pita Konduksi )
Jalur konduksi adalah tempat
elektron-elektron dapat bergerak bebas karena pengaruh gaya tarik inti tidak
diperhatikan lagi. Dengan demikian elektron dapat bebas menghantarkan listrik.
3. Jalur Larangan ( Pita Gab )
Jalur larangan adalah jalur pemisah
antara jalur valensi dengan jalur konduksi.
Yang membedakan apakah bahan itu termasuk konduktor,
isolator, atau semikonduktor adalah energi Gab (Eg). Satuan energi gab adalah
elektron volt (eV). Satu elektron volt adalah energi yang diperlukan sebuah
elektron untuk berpindah pada beda potensial sebesar 1 volt. Satu elektron volt
setara dengan 1,60 x 10-19 Joule.
Energi gab adalah energi yang diperlukan oleh elektron
untuk memecahkan ikatan kovalen sehingga dapat berpindah jalur dari jalur
valensi ke jalur konduksi. Energi gab germanium pada suhu ruang (300K) adalah
0,72 eV, sedangkan silikon adalah 1,1 eV. Bahan-bahan semikonduktor dengan
energi gab yang rendah biasanya dipakai sebagai bahan komponen elektronika yang
dioperasikan pada suhu kerja yang rendah pula. Berikut ini Diagram Pita Energi
Germanium :
- Sumbu vertikal menyatakan energi elektron (eV)
dan sumbu horizontal vektor gelombang K (pseudo momentum, 2π/a).
- Dari
grafik terlihat bahwa pita valensi terdiri dari dua bagian terpisah karena
ikatan spin-garis edar elektron.
Jurang energi terkecil antar puncak pita valensi dan dasar lembah pita konduksi adalah Eg
= 0,66. (http://www.materialsdesign.com/appnote/energy-band-structure-germanium)
C. Jenis – jenis Semi-konduktor Berdasarkan Bahan
Penyusunnya
a. Semikonduktor
Intrinsik
Semikonduktor
instrinsik adalah semikonduktor yang belum disisipkan atom-atom lain (atom
pengotor). Semikonduktor jenis ini memiliki jumlah elektron dan hole (pembawa
muatan positif) yang sama. Konduktivitas semikonduktor intrinsik sangat rendah,
karena terbatasnya jumlah pembawa muatan hole maupun elektron bebas. Elektron
valensi pada germanium lebih mudah tereksitai termik menjadi elektron bebas
dari pada elektron valensi pada atom silikon, hal ini berhubungan dengan adanya
pita pita energi untuk elektron didalam kristal semikonduktor. Dalam atom bebas
elektron hanya dapat mempunyai nilai energi tertentu saja.
Dikatakan elektron hanya dapat berada pada tingkat
energi tertentu dalam kristal semikonduktor oleh karena atom-atom terletak
berdekatan didalam susunan yang berkala, maka elektron dapat berada pada
pita-pita energi .Oleh adanya prinsip Larangan Pauli yang menyatakan bahwa tiap
keadan orbital atom hanya dapat berisi dua buah elektron saja, maka untuk
semikonduktor pita-pita enrgi yang bawah akan terisi penuh hingga suatu pita
energi tertentu. Oleh karena setiap atom mempunyai empat buah elektron valensi,
maka ada satu pita energi yang terisi penuh dan pita energi berikutnya kosong.
b.
Semikonduktor Ekstrinsik
Semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang
sudah dimasukkan sedikit ketidakmurnian (doping). Akibat doping ini maka
hambatan jenis semikonduktor mengalami penurunan. Semikonduktor jenis ini
terdiri dari dua macam, yaitu semikonduktor tipe-P (pembawa muatan hole) dan
tipe-N (pembawa muatan elektron). Semikonduktor intrinsik dapat diberi unsur
tak murni tertentu sesuai dengan karakteristik listrik yang dikehendaki. Atom
yang tidak murni yang bervalensi lebih tinggi dari atom semikonduktor murni
akan befungsi sebagai donor elektron konduksi dan menghasilkan semikonduktor
ekstrinsik jenis–n. Atom tak murni yang bervalensi kurang dari atom
semikonduktor murni akan berfungsi sebagai akseptor elektron atau penyumbang
lubang konduksi dan menghasilkan semikonduktor ekstrinsik jenis–p. Dalam
semikonduktor jenis–n ,elektron dalam pita konduksi merupakan pembawa mayoritas
sedangkan dalam semikonduktor jenis-p pembawa mayoritas adalah hole dalam pita
valensi. (http://www.its.ac.id/endi/semikonduktor.html)
D. Konduktivitas
Konduktivitas
adalah kemampuan bahan untuk membawa arus listrik. Konduktivitas bahan yang
memiliki resistivitas dan panjang serta luas
penampang A didefinisikan sebagai :
Dimana I adalah
arus dan V adalah tegangan. Konduktivitas bahan semikonduktor seperti germanium
dipengaruhi oleh temperatur secara karakteristik. Berdasarkan rentang
temperatur, konduktivitas dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Konduktivitas
ekstrinsik ( Rentang I, Temperatur rendah )
Pada temperatur
rendah yang terjadi adalah konduktivitas ekstrinsik. Pada rentang ini kenaikan
temperatur menyebabkan pembawa muatan dari impuriti teraktivasi.
2. Deplesi
Impurity ( Rentang II, Temperatur medium )
Pada rentang
ini, kenaiakan temperatur tidak lagi menghasilkan aktivasi impurity dan
konduktivitas konstan.
3. Konduktivitas
intrinsik ( Rentang III, Temperatur tinggi )
Pada temperatur
tinggi pembawa muatan intrinsik mendominasi proses konduksi. Pada rentang ini
tambahan pembawa muatan diperoleh dari hasil eksitasi termal dari pita valensi
ke pita konduksi. Ketergantugan terhadap temperatur dalam kasus ini dinyatakan
dalam fungsi eksponensial
Eg adalah energi gab, k
adalah konstanta Boltzman dan T adalah temperatur absolute.
Logaritma dari persamaan ini :
Dengan y = ln dan x = 1/T ; sebuah persamaan linear pada dimana
merupakan
kemiringan dari garis lurus.
Dengan mengukur konduktivitas sebagai fungsi
temperatur, energi gab germanium dapat ditentukan. (Petunjuk Praktikum
Fisika Eksperimen IIA, jurusan Fisika, Unpad 2012 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar